Sabtu, 16 Februari 2013

JENIS-JENIS KOMUNIKASI


1.      Komunikasi Lisan
Komunikasi lisan adalah komunikasi yang alat utamanya menggunakan bahasa, berbahasa yang baik dan efektif, padat, dan jelas dalam menyampaikan gagasan, pikiran, atau perasaan dengan sopan dan penuh tata karma yang bertujuan memindahkan maklumat, perasaan, ide, pikiran, seorang individu kepada individu lain atau kepada sekumpulan individu untuk menyampaikan pesan agar bisa terjadi proses saling memahami satu dengan yang lain
Komunikasi lisan dapat dibagi menjadi dua yaitu :
1.1.Komunikasi lisan secara langsung
Komunikasi lisan secara langsung adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih yang saling bertatap muka secara langsung dan tidak ada jarak atau peralatan yang membatasi mereka. Lisan ini terjadi pada saat dua orang atau lebih saling berbicara/ berdialog, pada saat wawancara, rapat, atau berpidato.
1.2.Komunikasi lisan yang tidak langsung
Komunikasi lisan yang tidak langsung adalah komunikasi yang dilakukan dengan perantara alat seperti telepon, handphone,  dan lain sebagainya karena adanya jarak dengan si pembicara dengan lawan bicara.

2.      Komunikasi Tulisan
Komunikasi tulisan adalah komunikasi yang di lakukan dengan perantaraan tulisan tanpa adanya pembicaraan secara langsung dengan menggunakan bahasa yang singkat, jelas, dan dapat dimengerti oleh penerima. Komunikasi tulisan dapat berupa surat-menyurat, sms, surat elektronik, dan lain sebagainya.
Menurut Bovee dan Thill (1989) dalam penyampaian pesan secara tertulis, mempunyai keuntungan yang sangat besar yaitu :
a) Adanya peluang untuk mengontrol pesan.
b) Isi pesan yang disampaikan dapat memuat informasi yang sangat kompleks dan memerlukan uraian sangat detail.
c) Pesan yang disampaikan dapat didokumentasikan, sehingga dapat dimanfaatkan untuk rujukan pada masa mendatang.
d) Pesan dapat disebabkan secara luas, ketika khalayak yang ingin dijangkau sangat besar dan terpisah secara geografis.
Komunikasi tertulis dapat dipilih bilamana :
1. Pesan atau subjek yang ingin disampaikan cukup banyak dan komplek; perlu penjelasan panjang lebar suatu teknis; perlu visualisasi pesan dalam bentuk angka-angka, grafik, gambar, data statistik.
2. Penerima pesan terpisah jarak jauh dengan pemberi pesan.
3. Memerlukan laporan, data atau dokumen tertulis untuk arsip.
4. Tidak dibutuhkan tanggapan cepat dari penerima pesan.
3.      Komunikasi Verbal
Komunikasi verbal merupakan bentuk komunikasi yang disampaikan komunikator kepada komnunikan dengan cara tertulis atau lisan.
Komunikasi Verbal mencakup aspek-aspek berupa ;
a.       Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi tidak akan efektif bila pesan disampaikan dengan kata-kata yang tidak dimengerti, karena itu olah kata menjadi penting dalam berkomunikasi.
b.      Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efektif  dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, tidak terlalu cepat atau terlalu lambat.
c.       Intonasi suara: akan mempengaruhi arti pesan  secara dramatik sehingga pesan akan menjadi lain artinya  bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang tidak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi.
d.      Humor
Humor dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan  stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan fisik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan  satu-satunya selingan dalam berkomunikasi.
e.       Singkat dan jelas.
Komunikasi  akan efektif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengerti.
f.       Timing (waktu yang tepat)
Timing adalah hal kritis yang perlu diperhatikan karena berkomunikasi akan berarti bila seseorang  bersedia untuk berkomunikasi, artinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhatikan apa yang disampaikan.
  1. Komunikasi Non Verbal
Komunikasi non verbal adalah penyampaian pesan tanpa kata-kata  dan komunikasi non verbal memberikan arti  pada komunikasi verbal.
Yang termasuk komunikasi non verbal :
a.       Ekspresi wajah  
Wajah merupakan sumber yang kaya dengan komunikasi, karena ekspresi wajah cerminan suasana emosi seseorang.
b.     Kontak mata, merupakan sinyal alamiah untuk berkomunikasi. Dengan mengadakan kontak mata selama berinterakasi  atau tanya jawab berarti orang tersebut terlibat dan menghargai lawan bicaranya dengan kemauan untuk memperhatikan  bukan sekedar mendengarkan. Melalui kontak mata  juga memberikan kesempatan pada orang lain untuk mengobservasi yang lainnya.

c.           Sentuhan  adalah bentuk komunikasi personal  mengingat sentuhan lebih bersifat spontan dari pada komunikasi verbal. Beberapa pesan  seperti perhatian yang sungguh-sungguh, dukungan emosional, kasih sayang  atau simpati dapat dilakukan melalui sentuhan.
d.      Postur tubuh dan gaya berjalan. Cara seseorang berjalan, duduk, berdiri dan bergerak memperlihatkan ekspresi dirinya. Postur tubuh dan gaya berjalan merefleksikan emosi, konsep diri, dan tingkat kesehatannya.

e.       Sound (Suara). Rintihan, menarik nafas panjang, tangisan  juga salah satu ungkapan  perasaan  dan pikiran  seseorang yang dapat dijadikan komunikasi. Bila dikombinasikan dengan semua bentuk komunikasi  non verbal lainnya  sampai desis  atau suara  dapat menjadi pesan yang sangat  jelas.


f.       Gerak isyarat, adalah yang dapat mempertegas pembicaraan . Menggunakan isyarat sebagai bagian total dari komunikasi  seperti mengetuk-ngetukan kaki atau mengerakkan tangan  selama berbicara menunjukkan seseorang dalam keadaan  stress  bingung atau sebagai upaya untuk menghilangkan stress.

5.      Komunikasi Agresif
Komunikasi agresif adalah komunikasi yang lebih didominasi oleh satu pihak, sedangkan pihak yang lainnya hanya sebagai penderita atau pendengar / pasif. Komunikasi agresif ini biasanya bersifat mengendalikan lawan bicaranya.
Ciri-ciri komunikasi agresif :
·         Lebih menekankan pada kemauan/ kehendaknya sendiri.
·         Bernada keras dan bermusuhan
·         Menginterupsi pembicaraan lawan bicaranya
·         Menggunakan kata-kata yang memojokkan lawan bicara
·         Berargumentasi dengan berbagai cara agar apa yang dikemukakannya menang
·         Memaksa orang untuk melakukan hal-hal yang tidak ingin dilakukan
·         Menyerang secara fisik atau verbal
·         Intimidasi
·         Ingin menang dengan segala cara
·         Suka memakai kambing hitam
·         Suka memakai figur “Big Boss”
Komunikasi agresif memiliki satu buah sub yaitu “komunikasi agresif tidak langsung” yang berupaya untuk memaksa orang lain melakukan hal yang kita kehendaki tetapi mereka tidak menghendakinya. Istilah “pisau dibalik topeng senyuman” mungkin cocok dengan komunikasi agresif tidak langsung karena cara-cara mereka umumnya sopan, tenang, manipulatif/menjebak, merendahkan orang lain, dan sabotase.
Orang yang melakukan komunikasi agresif mungkin pada awalnya merasa puas, menang/superior dan cenderung untuk mengulangi tindakannya. Tetapi untuk jangka panjangnya mereka dapat merasa bersalah (saat memikirkan tindakannya), malu, dan ditinggalkan teman. Pada akhirnya akan terus menyalahkan orang lain atau sistem. Balas dendam mungkin dapat dilakukan oleh orang lain yang sebelumnya disudutkan.

6.      Komunikasi Pasif
Komunikasi ini merupakan lawan dari komunikasi agresif dimana orang tersebut cenderung untuk mengalah dan tidak dapat mempertahankan kepentingannya sendiri. Bahkan hak mereka cenderung dilanggar namum dibiarkan. Mereka cenderung untuk menolak secara pasif (dengan ngomel dibelakang misalnya).
Ciri-ciri komunikasi pasif ini adalah:
• Orang yang jarang mengungkapkan keinginan dan kebutuhan atau perasaan
• Mengikuti tuntutan dan kemauan orang lain, ingin menghindari konflik
• Tidak mampu mempertahankan hak dan pribadinya
• Selalu mengedepankan orang lain
• Minta maaf berlebihan
• Marah kecewa, frustasi dipendam
• Tidak tahu apa yang diinginkan
• Tidak bisa ambil keputusan
• Selalu mencari-cari alasan atas tindakan
Untuk jangka pendek, komunikasi ini bisa mengakibat rasa lega, terhindar dari rasa bersalah, bangga, dan kasihan pada diri sendiri. Namun untuk jangka panjang dapat kehilangan percaya diri dan hormat pada diri sendiri.
7.      Komunikasi Asertif
Komunikasi asertif adalah komunikasi yang terbuka, menghargai diri sendiri dan orang lain. Komunikasi asertif tidak menaruh perhatian hanya pada hasil akhir tapi juga hubungan perasaan antar manusia.
Ciri-ciri komunikasi asertif adalah:
• Terbuka dan jujur terhadap pendapat diri dan orang lain.
• Mendengarkan pendapat orang lain dan memahami.
• Menyatakan pendapat pribadi tanpa mengorbankan perasaan orang lain.
• Mencari solusi bersama dan keputusan.
• Menghargai diri sendiri dan orang lain, mengatasi konflik.
• Menyatakan perasaan pribadi, jujur tetapi hati-hati.
• Mempertahankan hak diri.

SUMBER :

Kamis, 07 Februari 2013

VITAMIN A


BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Biokimia adalah ilmu yang berhubungan dengan  berbagai molekul di dalam sel atau organisme hidup sekaligus dengan reaksi kimianya. Salah satu molekul yang diperlukan oleh organisme (manusia) adalah vitamin. Vitamin merupakan komponen minor tetapi penting bagi bahan pangan. Vitamin dibutuhkan untuk pertumbuhan yang normal, memelihara, dan menjaga fungsi tubuh.
Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Salah satunya vitamin A. Vitamin A adalah vitamin larut lemak yang pertama ditumukan. Secara luas, vitamim A merupakan nama genetik yang menyatakan semua retinoid dan prekursor/provitamin A/karotenoid yang mempunyai aktivitas biolologik sebagai retinol.
Vitamin A esensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup. Di seluruh dunia (WHO, 1991), di antara anak-anak prasekolah diperkirakan terdapat sebanyak 6-7 juta kasus baru xeroftalmia tiap tahun, kurang lebih 10% di antaranya menderita kerusakan kornea. Di perkirakan pada satu waktu sebanyak tiga juta anak-anak buta karena kekurangan vitamin A, dan sebanyak 20-40 juta kekurangan vitamin A pada tingkat lebih ringan. Di samping itu kekurangan vitamin A meningkatkan risiko terhadap penyakit infeksi seperti penyakit saluran pernapasan dan diare, meningkatkan angka kematian karena campak, seta keterlambatan pertumbuhan, sedangkan kelebihan dari mengkonsumsi vitamin ini dapat menyebabkan keracunan. Oleh karena itu sangatlah diperlukan asupan makanan yang mengandung  vitamin A secara teratur dan dalam jumlah yang seimbang. 

1.2.Rumusan Masalah
1.2.1.      Apakah yang dimaksud dengan vitamin A?
1.2.2.      Bagaimanakah struktur dari vitamin A?
1.2.3.      Bagaimanakah sifat-sifat dari vitamin A?
1.2.4.      Apa manfaat dari vitamin A?
1.2.5.      Makanan apa sajakah yang termasuk ke dalam sumber-sumber vitamin A?
1.2.6.      Bagaimanakah metabolisme dari vitamin A?
1.2.7.      Apakah yang dimaksud dengan defisiensi vitamin A?
1.2.8.      Apakah yang dimaksud dengan hipervitaminosis vitamin A ?

1.3.Tujuan
1.3.1.1.Untuk dapat mengetahui apa  yang dimaksud dengan vitamin A
1.3.1.2. Untuk dapat  mengetahui struktur dari vitamin A
1.3.1.3.Untuk dapat mengetahui sifat-sifat dari vitamin A
1.3.1.4. Untuk dapat mengetahui makanan apa saja yang termasuk ke dalam sumber-sumber vitamin A
1.3.1.5.Untuk dapat mengetahui bagaimana metabolisme dari vitamin A
1.3.1.6.Untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan defisiensi vitamin A
1.3.1.7.Untuk dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan hipervitaminosis vitamin A

1.4.Manfaat
1.4.1.      Manfaat Teoritis
1.4.1.1.Dapat menambah wawasan, pengetahuan, dan referensi keilmuan dalam bidang biokimia mengenai vitamin A

1.4.2.      Manfaat Praktis
1.4.2.1. Agar mengetahui apa  yang dimaksud dengan vitamin A
1.4.2.2.Agar mengetahui struktur dari vitamin A
1.4.2.3.Agar mengetahui sifat-sifat dari vitamin A
1.4.2.4.Agar mengetahui makanan apa saja yang termasuk ke dalam sumber-sumber vitamin A
1.4.2.5.Agar mengetahui bagaimana metabolisme dari vitamin A
1.4.2.6.Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan defisiensi vitamin A
1.4.2.7.Agar dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan hipervitaminosis vitamin A

BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian Vitamin A
Vitamin (bahasa Inggris: vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa organik amina berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital dalam metabolisme setiap organisme,yang tidak dapat dihasilkan oleh tubuhNama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin vita yang artinya "hidup" dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom  nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal.
Sejarah  penemuan vitamin dimulai oleh Eijkman yang pertama kali mengemukakan adanya zat yang bertindak sebagai faktor diet esensial dalam kasus penyakit beri-beri. Pada tahun 1897 , Beliau  memberikan gambaran adanya suatu penyakit yang diderita oleh anak ayam yang serupa dengan beri-beri pada manusia. Gejala penyakit tersebut terjadi setelah binatang diberi makanan yang terdiri atas`beras giling murni. Ternyata penyakit ini dapat disembuhkan dengan memberikan makanan sisa gilingan beras yang berupa serbuk. Hasil penemuan yang menyatakan bahwa dalam makanan ada faktor  lain yang penting selain kabohidrat,  lemak dan protein sebagai energy, mendorong para ahli untuk meneliti lebih lanjut tentang vitamin, sehingga diperoleh konsep tentang vitamin yang kita kenal sekarang. Pada saat ini terdapat lebih dari 20 macam vitamin. Polish kemudian member nama faktor diet esensial ini dengan vitamin. Selanjutnya hasil pekerjaan Warburg tentang koenzim (1932-1935) dan kemudian penyelidikan R Kuhn dan P Kerrer menunjukkan adanya hubungan antara struktur kimia viatamin dengan koenzim.
Vitamin A merupakan salah satu jenis vitamin larut dalam lemak yang berperan penting dalam pembentukan sistem penglihatan yang baik. Terdapat beberapa senyawa yang digolongkan ke dalam kelompok vitamin A, antara lain retinol,retinil palmitat, dan retinil asetat. Akan tetapi, istilah vitamin A seringkali merujuk pada senyawa retinol dibandingkan dengan senyawa lain karena senyawa inilah yang paling banyak berperan aktif di dalam tubuh. Vitamin A banyak ditemukan pada wortel, minyak ikan, susu, keju, dan hati. Rumus kimia untuk Vitamin A adalah C20H30O. (Wikipedia, 2012)
Vitamin A merupakan jenis vitamin yang aktif dan terdapat dalam beberapa bentuk:
1.      Vitamin A alkohol (retinol)
2.      Vitamin A aldehid ( retinal)
3.      Vitamin A asam ( asam retinoat)
4.      Vitamin A ester (ester retinil)

Vitamin A dalam tumbuhan terdapat dalam bentuk prekusor (provitamin). Provitamin A terdiri dari α, β, dan γ- karoten. β – karoten merupakan pigmen kuning dan salah satu jenis antioksidan yang memegang peran penting dalam mengurangi reaksi berantai radikal bebas dalam jaringan. Struktur kimia β –karoten ditunjukkan pada  

2.2.Struktur Vitamin A
Vitamin A terdiri dari 3 biomolekul aktif, yaitu retinol, retinal (retinaldehyde) dan retinoic acid 

2.3.Sifat-Sifat Vitamin A
      Tumbuh-tumbuhan tidak mensintesis vitamin A, akan tetapi manusia dan hewan mempunyai enzim di dalam mukosa usus yang sanggup merubah karotenoid provitamin A menjadi vitamin A. Dikenal bentuk-bentuk vitamin A, yaitu bentuk alkohol, dikenal sebagai retinol, bentuk aldehid disebut retinal, dan berbentuk asam, yaitu asam retinoat.
      Retinol dan retinal mudah dirusak oleh oksidasi terutama dalam keadaan panas dan lembab dan bila berhubungan dengan mineral mikro atau dengan lemak/minyak yang tengik. Retinol tidak akan berubah dalam gelap, sehingga bisa disimpan dalam bentuk ampul, di tempat gelap, pada suhu di bawah nol. Retinol juga sukar berubah, jika disimpan dalam tempat tertutup rapat, apalagi disediakan antioksidan yang cocok. Vitamin dalam bentuk ester asetat atau palmitat bersifat lebih stabil dibanding bentuk alkohol maupun aldehid.  
      Secara kimia, penambahan vitamin E dan antioksidan alami dari tanaman bisa melindungi vitamin A dalam bahan makanan. Leguminosa tertentu, terutama kacang kedele dan alfafa, mengandung enzim lipoksigenase yang bisa merusak karoten, xantofil, bahkan  vitamin A, melalui tahapan-tahapan oksidasi dengan asam lemak tidak jenuh. Melalui pemanasan yang sempurna pada kacang kedele dan pengeringan pada alfafa akan merusak enzim tersebut.
      Di dalam praktek, terutama dalam penyimpanan, vitamin A bersifat tidak stabil. Guna menciptakan kestabilannya, maka dapat diambil langkah-langkah, yaitu secara kimia, dengan penambahan antioksidan dan secara mekanis dengan melapisi tetesan-tetesan vitamin A dengan lemak stabil, gelatin atau lilin, sehingga merupakan butiran-butiran kecil. Melalui teknik tersebut, maka sebagian besar vitamin A bisa dilindungi dari kontak langsung dengan oksigen.  

2.4.Manfaat Vitamin A
Vitamin A essensial untuk pertumbuhan, karena merupakan senyawa penting yang menciptakan tubuh tahan terhadap infeksi dan  memelihara jaringan epithel berfungsi normal. Jaringan epithel yang dimaksud adalah terutama pada mata, alat pernapasan, alat pencernaan, alat reproduksi, syaraf dan sistem pembuangan urine.
      Hubungan antara vitamin A dengan fungsi mata yang normal, perlu mendapat perhatian khusus. Vitamin A berperan dalam sintesis stereoisomer dari retinal yang disebut retinen, yang berkombinasi dengan protein membentuk grup prostetik yang disebut “visual purple”, yang lebih dikenal dengan istilah rodopsin. Jadi vitamin A diperlukan untuk mensintesis rodopsin, yang selalu pecah atau dirusak oleh proses fotokimiawi sebagai salah satu proses fisiologis dalam sistem melihat. Apabila vitamin A pada suatu saat kurang dalam tubuh, maka sintesis ”visual purple” akan terganggu, sehingga terjadi kelainan-kelainan melihat.  
Vitamin A berperan dalam berbagai proses tubuh, antara lain, stereoisomer dari retinal yang disebut retinen, memainkan peranan penting dalam penglihatan. Vitamin A diperlukan juga dalam pencegahan ataxia, pertumbuhan dan perkembangan sel, pemeliharaan kesempurnaan selaput lendir (mukosa), reproduksi,  pertumbuhan tulang rawan yang baik dan cairan serebrospinal yang norma, mampu meningkatkan sistem imun, berperan penting dalam menjaga kesehatan kulit dan terbukti bisa melawan ketuaan.
Secara metabolik, vitamin A berperan dalam memacu sintesis kortikosteroid, yaitu pada proses hidroksilasi pregnenolon menjadi progesteron, memacu perubahan mevalonat menjadi squalen, yang selanjutnya dirubah menjadi kolesterol dan sebagai pengemban (carrier) pada sintesis glikoprotein membran.
Jadi secara garis besar, manfaat vitamin A adalah sebagai berikut:
  1. Proses penglihatan. Vitamin A dalam bentuk retinal akan bergabung dengan opsin (suatu protein) membentuk rhodopsin, yang merupakan pigmen penglihatan. Adanya rhodopsin itulah yang memungkinkan kita dapat melihat. Rendahnya konsumsi menyebabkan menurunnya simpanan vitamin A di dalam hati dan kadarnya di dalam darah. Akibat lebih lanjut adalah berkurangnya vitamin A yang tersedia untuk retina.
  2. Mengatur sistem kekebalan tubuh (imunitas). Sistem kekebalan membantu mencegah atau melawan infeksi dengan cara membuat sel darah putih yang dapat menghancurkan berbagai bakteri dan virus berbahaya. Vitamin A dapat membantu limposit (salah satu tipe sel darah putih) untuk berfungsi lebih efektif dalam melawan infeksi.
  3. Mencegah kebutaan. Defisiensi vitamin A menyebabkan kelenjar tidak mampu mengeluarkan air mata, sehingga film yang menutupi kornea mengering. Selanjutnya kornea mengalami keratinisasi dan pengelupasan, sehingga menjadi pecah. Infeksi tersebut menyebabkan mata mengeluarkan nanah dan darah. Dampak lebih lanjut adalah munculnya titik bitot (putih pada bagian hitam mata) serta terjadi gangguan yang disebut xerosis conjunctiva, xerophthalmia, dan buta permanen.
  4. Menangkal radikal bebas. Vitamin A dan betakaroten terbukti merupakan antioksidan yang dapat melindungi sel dari serangan radikal bebas untuk mencegah timbulnya berbagai penyakit kronis, seperti jantung dan kanker.
  5. Memicu pertumbuhan. Defisiensi vitamin A menyebabkan terhambatnya pertumbuhan karena gangguan pada sintesis protein. Gejala ini sering tampak pada anak balita. Penelitian pada hewan percobaan menunjukkan bahwa proses pertumbuhan akan terhenti jika kebutuhan vitamin A tidak terpenuhi.
  6. Memelihara kesehatan sel-sel epitel pada saluran pernapasan. Defisiensi atau kekurangan vitamin A menyebabkan sel-sel epitel tidak mampu mengeluarkan mucus (lendir) dan membentuk cilia (semacam rambut) untuk mencegah akumulasi bahan asing pada permukaan sel. Karena itu, defisiensi vitamin A dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA).
  7. Membentuk dan memelihara pertumbuhan tulang dan gigi. Defisiensi vitamin A terbukti dapat menghambat pemanjangan tulang dan terbentuknya gigi yang sehat. Karena itu, kecukupan konsumsi vitamin A sangat penting diperhatikan untuk anak-anak yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.
  8. Memelihara kesehatan kulit dan rambut. Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan kulit dan rambut menjadi kasar dan kering.
  9. Mendukung proses reproduksi. Vitamin A diperlukan dalam produktivitas hormon steroid (hormon seks) dan proses spermatogenesis (pembentukan sel sperma) yang sangat vital dalam proses pembuahan sel telur untuk menghasilkan keturunan. Karena itu, defisiensi vitamin A menyebabkan kemandulan.
2.5.Sumber Vitamin A
Vitamin A banyak terkandung dalam minyak ikan. Vitamin A1 (retinal), terutama banyak terkandung dalam hati ikan laut. Vitamin A2 (retinol) atau 3-dehidro retinol, terutama terkandung dalam hati ikan tawar. Vitamin A yang berasal dari minyak ikan, sebagian besar ada dalam bentuk ester.
Vitamin A juga terkandung dalam bahan pangan, seperti mentega (lemak susu), kuning telur, keju, hati, hijauan dan wortel.  Warna hijau tumbuh-tumbuhan merupakan petunjuk yang baik tingginya kadar karoten. Buah-buahan berwarna merah dan kuning, seperti cabe merah, wortel, pisang, pepaya, banyak mengandung provitamin A, ß-karoten. Untuk makanan, biasanya vitamin A terdapat dalam makanan yang sudah difortifikasi (ditambahkan nilai gizinya).

2.6.Metabolisme Vitamin A
Vitamin A dan β-karoten diserap dari usus halus dan sebagian besar disimpan di dalam hati. Bentuk karoten dalam tumbuhan selain  β, adalah α, γ-karoten serta kriptosantin. Setelah dilepaskan dari bahan pangan dalam proses pencernaan, senyawa tersebut diserap oleh usus halus dengan bantuan  asam empedu (pembentukan micelle).
Vitamin A dan karoten diserap oleh usus dari micelle secara difusi pasif, kemudian digabungkan dengan kilomikron dan diserap melalui saluran limfatik, kemudian bergabung dengan saluran darah dan ditransportasikan ke hati. Di hati, vitamin A digabungkan dengan asam palmitat dan disimpan dalam bentuk retinil-palmitat. Bila diperlukan oleh sel-sel tubuh, retinil palmitat diikat oleh protein pengikat retinol (PPR) atau retinol-binding protein (RBP), yang disintesis dalam hati. Selanjutnya ditransfer ke protein lain, yaitu “transthyretin” untuk diangkut ke sel-sel jaringan.
Vitamin A yang tidak digunakan oleh sel-sel tubuh diikat oleh protein pengikat retinol seluler (celluler retinol binding protein), sebagian diangkut ke hati dan bergabung dengan asam empedu, yang selanjutnya diekskresikan ke usus halus, kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui feses. Sebagian lagi diangkut ke ginjal dan diekskresikan melalui urine dalam bentuk asam retinoat.
Karoten diserap oleh usus seperti halnya vitamin A, sebagian dikonversi menjadi retinol dan metabolismenya seperti di atas. Sebagian kecil karoten disimpan dalam jaringan adiposa dan yang tidak digunakan oleh tubuh diekskresikan bersama asam empedu melalui feses.
Pada diet nabati, di lumen usus, oleh enzim β- karoten 15,15-deoksigenase,  β- karoten tersebut dipecah menjadi retinal (retinaldehid), yang kemudian direduksi menjadi retinol oleh enzim retinaldehid reduktase.  Pada diet hewani, retinol ester dihidrolisis oleh esterase dari pankreas, selanjutnya diabsorbsi dalam bentuk retinol, sehingga diperlukan garam empedu.
Proses di atas sangat  terkontrol, sehingga tidak dimungkinkan produksi vitamin A dari karoten secara berlebihan. Tidak seluruh karoten dapat dikonversi menjadi vitamin A, sebagian diserap utuh dan masuk ke dalam sirkulasi, hal ini akan digunakan tubuh sebagai antioksidan. Beberapa hal yang menyebabkan karoten gagal dikonversi menjadi vitamin A, antara lain  penyerapan tidak sempurna, konversi tidak 100%, salah satu sebab adalah diantara karoten lolos ke saluran limfe, dan pemecahan yang kurang efisien.

2.7.Defisiesnsi Vitamin A
Kekurangan vitamin A banyak ditemukan di beberapa daerah seperti Asia Tenggara, dimana padi yang digiling menjadi beras (yang mengandung sedikit vitamin A) merupakan makanan pokok. Beberapa penyakit yang mempengaruhi kemampuan usus dalam menyerap lemak dan vitamin yang larut dalam lemak, meningkatkan resiko terjadinya kekurangan vitamin A.
Penyakit yang ditimbulkan akibat kekurangan vitamin A, antara lain : 

·         Rabun senja (night blindness)
Tanda-tanda khas pada mata karena kekurangan vitamin A dimulai dari rabun senja dimana penglihatan penderita akan menurun pada senja hari bahkan tidak dapat melihat dilingkungan yang kurang cahaya. Pada tahap ini penglihatan akan membaik dalam waktu 2-4 hari dengan pemberian kapsul vitamin A yang benar. Bila dibiarkan dapat berkembang menjadi xerosis konjungtiva. Selaput lendir atau bagian putih bola mata tampak kering, berkeriput, dan berubah warna menjadi kecoklatan dengan permukaan terlihat kasar dan kusam. Xerosis konjungtiva akan membaik dalam 2-3 hari dan kelainan pada mata akan menghilang dalam waktu 2 minggu dengan pemberian kapsul vitamin A yang benar. Bila tidak ditangani akan tampak bercak putih seperti busa sabun atau keju yang disebut bercak Bitot terutama di daerah celah mata sisi luar. Pada keadaan berat akan tampak kekeringan pada seluruh permukaan konjungtiva atau bagian putih mata, serta konjungtiva tampak menebal, berlipat-lipat dan berkerut-kerut. Bila tidak segera diberi vitamin A, dapat terjadi kebutaan dalam waktu yang sangat cepat. Tetapi dengan pemberian kapsul vitamin A yang benar dan dengan pengobatan yang benar bercak Bitot akan membaik dalam 2-3 hari dan kelainan pada mata akan menghilang dalam 2 minggu. Tahap selanjutnya bila tidak ditangani akan terjadi xerosis kornea  dimana kekeringan akan berlanjut sampai kornea atau bagian hitam mata. Kornea tampak suram dan kering dan permukaannya tampak kasar. Keadaan umum anak biasanya buruk dan mengalami gizi buruk, menderita penyakit campak, ISPA, diare. Pemberian kapsul vitamin A dan pengobatan akan menyebabkan keadaan kornea membaik setelah 2-5 hari dan kelainan mata sembuh setelah 2-3 minggu. Bila tahap ini berlanjut terus dan tidak segera diobati akan terjadi keratomalasia atau kornea melunak seperti bubur dan ulserasi kornea atau perlukaan. Selain itu keadaan umum penderita sangat buruk. Pada tahap ini kornea dapat pecah. Kebutaan yang terjadi bila sudah mencapai tahap ini tidak bisa disembuhkan. Selanjutnya akan terjadi jaringan parut pada kornea yang disebut xeroftalmia scars sehingga kornea mata tampak menjadi putih atau bola mata tampak mengempis.
·         Katarak
Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada sebagian atau seluruh bagian lensa mata
·         Infeksi saluran pernapasan
·         Menurunnya daya tahan tubuh
·         Keratinisasi (sel epithel kering)
·         Kulit yang tidak sehat, bersisik dan mengelupas.
·         Penyakit Seliak
·         Fibrosa kistik
·         Penyumbatan saluran empedu.

Pada kekurangan vitamin A, kadar vitamin A dalam darah menurun sampai kurang dari 15 mikrogram/100 mL (kadar normal 20-50 mikrogram/100 mL).
Kelompok umur yang terutama mudah mengalami kekurangan vitamin A adalah kelompok bayi usia 6-11 bulan dan kelompok anak balita usia 12-59 bulan (1-5 tahun). Sedangkan yang lebih beresiko menderita kekurangan vitamin A adalah bayi berat lahir rendah kurang dari 2,5 kg, anak yang tidak mendapat ASI eksklusif dan tidak diberi ASI sampai usia 2 tahun, anak yang tidak mendapat makanan pendamping ASI yang cukup, baik mutu maupun jumlahnya, anak kurang gizi atau di bawah garis merah pada KMS, anak yang menderita penyakit infeksi (campak, diare, TBC, pneumonia) dan kecacingan, anak dari keluarga miskin, anak yang tinggal di dareah dengan sumber vitamin A yang kurang, anak yang tidak pernah mendapat kapsul vitamin A dan imunisasi di Posyandu maupun Puskesmas, serta anak yang kurang/jarang makan makanan sumber vitamin A.Kekurangan vitamin A juga sering terjadi pada ibu nifas. Oleh karena itu pemberian suplemen vitamin A sangatlah penting. yang bertujuan selain mencegah kebutaan juga menanggulangi kekurangan vitamin A yang masih cukup tinggi.
Kapsul vitamin A yang dugunakan dalam kegiatan Suplementasi Vitamin A adalah kapsul vitamin A dosis tinggi  yaitu ,
1.      Kapsul biru (mengandung vitamin A 100.000 SI) diberikan kepada bayi usia 6-11 bulan sebanyak 1 kali pada bulan Februari atau Agustus
2.      Kapsul merah (mengandung vitamin A 200.000 SI) diberikan kepada anak balita usia 12-59 bulan setiap bulan Februari dan agustus dan kepada ibu nifas (0-42 hari pasca bersalin) sebnyak 2 kali yaitu; 1 kapsul diberikan segera setelah persalinan dan 1 kapsul diberikan 24 jam sesudah pemeberian kapsul pertama.
Catatan :
Jika setelah 24 jam ibu nifas belum memperoleh kapsul vitamin A, maka dapat diberikan pada:
-          Kunjungan nifas yang pertama yaitu 6-48 jama setelah bersalin
-          Kunjungan nifas yang kedua pada 307 hari setelah bersalin
-          Kunjungan nifas yang ketiga pada 8-28 hari setelah bersalin.
Kapsul vitamin A juga diberikan pada situasi khusus yaitu
1.      Kejadian luar biasa (KLB), diberikan kepada semua anak balita di daerah KLB campak dan infeksi lainnya, dengan catatan balita di daerah KLB tidak diberikan kapsul vitamin A bila telah mendapat kapsul vitamin Adalam waktu kurang dari 30 hari
2.      Bila ditemukan kasus xerofphthalmia, campak, diare, ISPA dan gizi buruk maka kapsul vitamin A diberikan pada
-          Saat ditemukan kasus tersebut diberikan 1 kapsul warna merah atau biru (sesuai umur anak)
-          Satu hari berikutnya  diberikan lagi 1 kapsul warna merah atau biru (sesuai umur anak)
-          Dua minggu berikutnya diberikan lagi 1 kapsul warna merah atau biru (sesuai umur anak)
3.      Kejadian bencana alam, diberikan 1 kapsul vitamin A kepada seluruh anak balita (6-59 bulan) di daerah bencana alam/pengungsian denngan dosis sesuai umur anak
Cara memberikan kapsul vitamin A
digunting ujung kapsul, anak/ibu memebuka mulutnya kemudian pencet kapsul sampai semua isinya masuk ke dalam mulut anak/ibu. 

2.8.Hipervitaminosis  Vitamin A
Hipervitaminosis vitamin A adalah suatu kondisi dimana kadar vitamin A dalam darah atau jaringan tubuh sangat tinggi sehingga menyebabkan timbulnya gejala-gejala yang tidak diinginkan. Hipervitaminosis vitamin A ada dua macam yaitu :
b.      Hipervitaminosis akut disebabkan karena pemberian dosis tunggal vitamin A yang sangat tinggi, atau pemebrian berulang dosis tunggal yang lebih kecil tetapi masih termasuk dosis besar karena dikonsumsi dalam periode 1-2 hari. Pengobatannya adalah menghentikan suplementasi vitamin A dan pengobatan simptomatis
c.       Hipervitaminosis kronis yang disebabkan karena mengkonsumsi vitamin a dosis tinggi yang berulang-ulang dalam jangka waktu beberapa bulan atau beberapa tahun. Keadaan ini biasanya hanya terjadi pada orang dewasa yang mengatur pengobatannya sendiri. Pengobatannya adalah dengan menghentikan suplementasi vitamin A dan pengobatan simptomatis.
Jika seseorang mengkonsumsi vitamin A dosis tinggi yang melebihi 200.000 SI, maka sebagian besar dari vitamin A yang berlebihan tersebut dalam bentuk yang tidak berubah akan dikeluarkan melalui air seni dan tinja dan selebihnya disimpan di hati (A.J. Sudiaoetama, 1999)
Keracunan kronis pada anak-anak yang lebih besar. Keracunan vitamin A dapat terjadi pada bayi dalam beberapa minggu.
Gejala awal dari keracunan kronis adalah:                 
-          Rambut yang jarang dan kasar
-          Kerontokan pada sebagian bulu mata
-          Bibir yang pecah-pecah
-           Kulit yang kering dan kasar
-          Sakit kepala hebat, peningkatan tekanan dalam otak dan kelemahan umum terjadi kemudian
-          Pertumbuhan tulang dan nyeri sendi sering terjadi, terutama pada anak-anak.
-          Hati dan limfa dapat membesar.

BAB III
PENUTUP
3.1.Simpulan
3.1.1.      Vitamin A adalah Vitamin A merupakan salah satu jenis vitamin larut dalam lemak yang berperan penting dalam pembentukan sistem penglihatan yang baik.
3.1.2.      Vitamin A terdiri dari 3 biomolekul aktif, yaitu retinol, retinal (retinaldehyde) dan retinoic acid
3.1.3.      Vitamin A umumnya stabil terhadap panas, asam, dan alkali, tetapi mempunyai sifat yang mudah teroksidasi oleh udara dan akan rusak bila dipanaskan pada suhu tinggi bersama udara, sinar dan lemak yang sudah tengik.
3.1.4.      Manfaat  dari vitamin A adalah berperan roses penglihatan,  mengatur sistem kekebalan tubuh (imunitas), mencegah kebutaan, menangkal radikal bebas, memicu pertumbuhan, memelihara kesehatan sel-sel epitel pada saluran pernapasan, membentuk dan memelihara pertumbuhan tulang dan gigi, memelihara kesehatan kulit dan rambut, dan mendukung proses reproduksi
3.1.5.      Vitamin A banyak terkandung dalam minyak ikan selain itu juga terkandung dalam bahan pangan, seperti mentega (lemak susu), kuning telur, keju, hati, hijauan dan wortel. 
3.1.6.      Vitamin A dan β-karoten diserap dari usus halus dan sebagian besar disimpan di dalam hati. Bentuk karoten dalam tumbuhan selain  β, adalah α, γ-karoten serta kriptosantin. Setelah dilepaskan dari bahan pangan dalam proses pencernaan, senyawa tersebut diserap oleh usus halus dengan bantuan  asam empedu (pembentukan micelle).
3.1.7.      Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan rabun senja (night blindness), katarak, infeksi saluran pernapasan, menurunnya daya tahan tubuh, keratinisasi (sel epithel kering), kulit yang tidak sehat, bersisik dan mengelupas, penyakit Seliak, fibrosa kistik dan enyumbatan saluran empedu.
3.1.8.      Hipervitaminosis vitamin A suatu kondisi dimana kadar vitamin A dalam darah atau jaringan tubuh sangat tinggi sehingga menyebabkan timbulnya gejala-gejala yang tidak diinginkan. Hipervitaminosis vitamin A ada dua macam hipervitaminosis akut dan kronis

3.2.Saran
Sangatlah diperlukan asupan makanan yang mengandung  vitamin A secara teratur dan dalam  jumlah yang seimbang. 
DAFTAR PUSTAKA

Anisa. 2009. “ Vitamin A.”http://blog.konsultasigizi.com/info/all-about-vitamin-a.html diakses tanggal  31 Mei 2012
Melinda. 2012. " Manfaat Vitamin A. "http://www.melindahospital. com/modul/user /detail_ artikel . php?id =1694_Manfaat-Vitamin-A diakses tanggal  31 Mei 2012
Raiza. 2011. “ Kekurangan dan Kelebihan Vitamin http://indonesiaindonesia.com/f/10972-kekurangan-kelebihan-vitamin/ diakses tanggal  31 Mei 2012
Sugiarno.2010. “Defisiensi Vitamin A.”http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sugiarnog0-5116-2-bab2.pdf diakses tanggal  31 Mei 2012