BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar
Belakang
Biokimia adalah ilmu yang berhubungan dengan berbagai molekul di dalam sel atau organisme
hidup sekaligus dengan reaksi kimianya. Salah satu molekul yang diperlukan oleh
organisme (manusia) adalah vitamin. Vitamin merupakan komponen minor tetapi
penting bagi bahan pangan. Vitamin dibutuhkan untuk pertumbuhan yang normal,
memelihara, dan menjaga fungsi tubuh.
Terdapat 13 jenis vitamin yang dibutuhkan oleh tubuh
untuk dapat bertumbuh dan berkembang dengan baik. Salah satunya vitamin A. Vitamin A adalah vitamin larut lemak
yang pertama ditumukan. Secara luas, vitamim A merupakan nama genetik yang
menyatakan semua retinoid dan prekursor/provitamin A/karotenoid yang mempunyai
aktivitas biolologik sebagai retinol.
Vitamin A
esensial untuk pemeliharaan kesehatan dan kelangsungan hidup. Di seluruh dunia
(WHO, 1991), di antara anak-anak prasekolah diperkirakan terdapat sebanyak 6-7
juta kasus baru xeroftalmia tiap tahun, kurang lebih 10% di antaranya menderita
kerusakan kornea. Di perkirakan pada satu waktu sebanyak tiga juta anak-anak
buta karena kekurangan vitamin A, dan sebanyak 20-40 juta kekurangan vitamin A
pada tingkat lebih ringan. Di samping itu kekurangan vitamin A meningkatkan
risiko terhadap penyakit infeksi seperti penyakit saluran pernapasan dan diare,
meningkatkan angka kematian karena campak, seta keterlambatan pertumbuhan,
sedangkan kelebihan dari mengkonsumsi vitamin ini dapat menyebabkan keracunan. Oleh
karena itu sangatlah diperlukan asupan makanan yang mengandung vitamin A secara teratur dan dalam jumlah yang
seimbang.
1.2.Rumusan
Masalah
1.2.1. Apakah
yang dimaksud dengan vitamin A?
1.2.2. Bagaimanakah
struktur dari vitamin A?
1.2.3. Bagaimanakah
sifat-sifat dari vitamin A?
1.2.4. Apa
manfaat dari vitamin A?
1.2.5. Makanan
apa sajakah yang termasuk ke dalam sumber-sumber vitamin A?
1.2.6. Bagaimanakah
metabolisme dari vitamin A?
1.2.7. Apakah
yang dimaksud dengan defisiensi vitamin A?
1.2.8. Apakah
yang dimaksud dengan hipervitaminosis vitamin A ?
1.3.Tujuan
1.3.1.1.Untuk
dapat mengetahui apa yang dimaksud
dengan vitamin A
1.3.1.2.
Untuk dapat mengetahui struktur dari
vitamin A
1.3.1.3.Untuk
dapat mengetahui sifat-sifat dari vitamin A
1.3.1.4.
Untuk dapat mengetahui makanan apa saja yang termasuk ke dalam sumber-sumber
vitamin A
1.3.1.5.Untuk
dapat mengetahui bagaimana metabolisme dari vitamin A
1.3.1.6.Untuk
dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan defisiensi vitamin A
1.3.1.7.Untuk
dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan hipervitaminosis vitamin A
1.4.Manfaat
1.4.1. Manfaat
Teoritis
1.4.1.1.Dapat
menambah wawasan, pengetahuan, dan referensi keilmuan dalam bidang biokimia
mengenai vitamin A
1.4.2. Manfaat
Praktis
1.4.2.1.
Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan
vitamin A
1.4.2.2.Agar
mengetahui struktur dari vitamin A
1.4.2.3.Agar
mengetahui sifat-sifat dari vitamin A
1.4.2.4.Agar
mengetahui makanan apa saja yang termasuk ke dalam sumber-sumber vitamin A
1.4.2.5.Agar
mengetahui bagaimana metabolisme dari vitamin A
1.4.2.6.Agar
mengetahui apa yang dimaksud dengan defisiensi vitamin A
1.4.2.7.Agar
dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan hipervitaminosis vitamin A
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pengertian
Vitamin A
Vitamin (bahasa Inggris:
vital amine, vitamin) adalah sekelompok senyawa
organik amina
berbobot molekul kecil yang memiliki fungsi vital
dalam metabolisme setiap organisme,yang
tidak dapat dihasilkan oleh tubuhNama ini berasal dari gabungan kata bahasa Latin
vita yang artinya "hidup" dan amina (amine) yang
mengacu pada suatu gugus
organik
yang memiliki atom
nitrogen
(N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa
banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom
N. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim),
vitamin adalah kofaktor
dalam reaksi kimia yang dikatalisasi
oleh enzim.
Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan
berkembang secara normal.
Sejarah
penemuan vitamin dimulai oleh Eijkman yang pertama kali mengemukakan
adanya zat yang bertindak sebagai faktor diet esensial dalam kasus penyakit
beri-beri. Pada tahun 1897 , Beliau memberikan gambaran adanya suatu penyakit yang
diderita oleh anak ayam yang serupa dengan beri-beri pada manusia. Gejala
penyakit tersebut terjadi setelah binatang diberi makanan yang terdiri
atas`beras giling murni. Ternyata penyakit ini dapat disembuhkan dengan
memberikan makanan sisa gilingan beras yang berupa serbuk. Hasil penemuan yang
menyatakan bahwa dalam makanan ada faktor
lain yang penting selain kabohidrat,
lemak dan protein sebagai energy, mendorong para ahli untuk meneliti
lebih lanjut tentang vitamin, sehingga diperoleh konsep tentang vitamin yang
kita kenal sekarang. Pada saat ini terdapat lebih dari 20 macam vitamin. Polish
kemudian member nama faktor diet esensial ini dengan vitamin. Selanjutnya hasil
pekerjaan Warburg tentang koenzim (1932-1935) dan kemudian penyelidikan R Kuhn
dan P Kerrer menunjukkan adanya hubungan antara struktur kimia viatamin dengan
koenzim.
Vitamin A merupakan salah satu jenis vitamin larut dalam lemak yang berperan penting dalam pembentukan sistem
penglihatan yang baik. Terdapat beberapa senyawa yang digolongkan ke dalam
kelompok vitamin A, antara lain retinol,retinil palmitat, dan retinil asetat. Akan tetapi, istilah vitamin A seringkali
merujuk pada senyawa retinol dibandingkan dengan senyawa lain karena senyawa
inilah yang paling banyak berperan aktif di dalam tubuh. Vitamin A banyak
ditemukan pada wortel, minyak ikan, susu, keju, dan hati. Rumus
kimia untuk Vitamin A adalah C20H30O. (Wikipedia, 2012)
Vitamin A merupakan jenis vitamin yang aktif dan terdapat dalam
beberapa bentuk:
1. Vitamin A alkohol (retinol)
2. Vitamin A aldehid ( retinal)
3. Vitamin A asam ( asam retinoat)
4. Vitamin A ester (ester retinil)
Vitamin A dalam tumbuhan terdapat dalam bentuk prekusor
(provitamin). Provitamin A terdiri dari α, β, dan γ- karoten. β – karoten merupakan
pigmen kuning dan salah satu jenis antioksidan yang memegang peran penting
dalam mengurangi reaksi berantai radikal bebas dalam jaringan. Struktur kimia β –karoten ditunjukkan pada
2.2.Struktur
Vitamin A
Vitamin A terdiri dari 3
biomolekul aktif, yaitu retinol, retinal (retinaldehyde) dan retinoic acid
2.3.Sifat-Sifat
Vitamin A
Tumbuh-tumbuhan tidak mensintesis vitamin
A, akan tetapi manusia dan hewan mempunyai enzim di dalam mukosa usus yang
sanggup merubah karotenoid provitamin A menjadi vitamin A. Dikenal
bentuk-bentuk vitamin A, yaitu bentuk alkohol, dikenal sebagai retinol, bentuk
aldehid disebut retinal, dan berbentuk asam, yaitu asam retinoat.
Retinol dan retinal mudah dirusak oleh
oksidasi terutama dalam keadaan panas dan lembab dan bila berhubungan dengan
mineral mikro atau dengan lemak/minyak yang tengik. Retinol tidak akan berubah
dalam gelap, sehingga bisa disimpan dalam bentuk ampul, di tempat gelap, pada
suhu di bawah nol. Retinol juga sukar berubah, jika disimpan dalam tempat tertutup
rapat, apalagi disediakan antioksidan yang cocok. Vitamin dalam bentuk ester
asetat atau palmitat bersifat lebih stabil dibanding bentuk alkohol maupun
aldehid.
Secara kimia, penambahan vitamin E dan
antioksidan alami dari tanaman bisa melindungi vitamin A dalam bahan makanan.
Leguminosa tertentu, terutama kacang kedele dan alfafa, mengandung enzim
lipoksigenase yang bisa merusak karoten, xantofil, bahkan vitamin A, melalui tahapan-tahapan oksidasi
dengan asam lemak tidak jenuh. Melalui pemanasan yang sempurna pada kacang
kedele dan pengeringan pada alfafa akan merusak enzim tersebut.
Di dalam praktek, terutama dalam
penyimpanan, vitamin A bersifat tidak stabil. Guna menciptakan kestabilannya,
maka dapat diambil langkah-langkah, yaitu secara kimia, dengan penambahan
antioksidan dan secara mekanis dengan melapisi tetesan-tetesan vitamin A dengan
lemak stabil, gelatin atau lilin, sehingga merupakan butiran-butiran kecil.
Melalui teknik tersebut, maka sebagian besar vitamin A bisa dilindungi dari kontak
langsung dengan oksigen.
2.4.Manfaat
Vitamin A
Vitamin A essensial untuk pertumbuhan, karena merupakan
senyawa penting yang menciptakan tubuh tahan terhadap infeksi dan memelihara jaringan epithel berfungsi normal.
Jaringan epithel yang dimaksud adalah terutama pada mata, alat pernapasan, alat
pencernaan, alat reproduksi, syaraf dan sistem pembuangan urine.
Hubungan antara vitamin A dengan fungsi
mata yang normal, perlu mendapat perhatian khusus. Vitamin A berperan dalam
sintesis stereoisomer dari retinal yang disebut retinen, yang berkombinasi
dengan protein membentuk grup prostetik yang disebut “visual purple”, yang
lebih dikenal dengan istilah rodopsin. Jadi vitamin A diperlukan untuk
mensintesis rodopsin, yang selalu pecah atau dirusak oleh proses fotokimiawi
sebagai salah satu proses fisiologis dalam sistem melihat. Apabila vitamin A
pada suatu saat kurang dalam tubuh, maka sintesis ”visual purple” akan
terganggu, sehingga terjadi kelainan-kelainan melihat.
Vitamin
A berperan dalam berbagai proses tubuh, antara lain, stereoisomer dari retinal
yang disebut retinen, memainkan peranan penting dalam penglihatan. Vitamin A
diperlukan juga dalam pencegahan ataxia, pertumbuhan dan perkembangan sel,
pemeliharaan kesempurnaan selaput lendir (mukosa), reproduksi, pertumbuhan tulang rawan yang baik dan cairan
serebrospinal yang norma, mampu meningkatkan sistem imun, berperan penting
dalam menjaga kesehatan kulit dan terbukti bisa melawan ketuaan.
Secara metabolik, vitamin A berperan dalam memacu sintesis
kortikosteroid, yaitu pada proses hidroksilasi pregnenolon menjadi progesteron,
memacu perubahan mevalonat menjadi squalen, yang selanjutnya dirubah menjadi
kolesterol dan sebagai pengemban (carrier) pada sintesis glikoprotein membran.
Jadi secara
garis besar, manfaat vitamin A adalah sebagai berikut:
- Proses
penglihatan. Vitamin A dalam bentuk retinal akan bergabung dengan opsin
(suatu protein) membentuk rhodopsin, yang merupakan pigmen penglihatan.
Adanya rhodopsin itulah yang memungkinkan kita dapat melihat. Rendahnya
konsumsi menyebabkan menurunnya simpanan vitamin A di dalam hati dan
kadarnya di dalam darah. Akibat lebih lanjut adalah berkurangnya vitamin A
yang tersedia untuk retina.
- Mengatur
sistem kekebalan tubuh (imunitas). Sistem kekebalan membantu mencegah atau
melawan infeksi dengan cara membuat sel darah putih yang dapat
menghancurkan berbagai bakteri dan virus berbahaya. Vitamin A dapat
membantu limposit (salah satu tipe sel darah putih) untuk berfungsi lebih
efektif dalam melawan infeksi.
- Mencegah
kebutaan. Defisiensi vitamin A menyebabkan kelenjar tidak mampu
mengeluarkan air mata, sehingga film yang menutupi kornea mengering.
Selanjutnya kornea mengalami keratinisasi dan pengelupasan, sehingga
menjadi pecah. Infeksi tersebut menyebabkan mata mengeluarkan nanah dan
darah. Dampak lebih lanjut adalah munculnya titik bitot (putih pada bagian
hitam mata) serta terjadi gangguan yang disebut xerosis conjunctiva,
xerophthalmia, dan buta permanen.
- Menangkal
radikal bebas. Vitamin A dan betakaroten terbukti merupakan antioksidan
yang dapat melindungi sel dari serangan radikal bebas untuk mencegah
timbulnya berbagai penyakit kronis, seperti jantung dan kanker.
- Memicu
pertumbuhan. Defisiensi vitamin A menyebabkan terhambatnya pertumbuhan
karena gangguan pada sintesis protein. Gejala ini sering tampak pada anak
balita. Penelitian pada hewan percobaan menunjukkan bahwa proses
pertumbuhan akan terhenti jika kebutuhan vitamin A tidak terpenuhi.
- Memelihara
kesehatan sel-sel epitel pada saluran pernapasan. Defisiensi atau
kekurangan vitamin A menyebabkan sel-sel epitel tidak mampu mengeluarkan
mucus (lendir) dan membentuk cilia (semacam rambut) untuk mencegah
akumulasi bahan asing pada permukaan sel. Karena itu, defisiensi vitamin A
dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan bagian atas (ISPA).
- Membentuk
dan memelihara pertumbuhan tulang dan gigi. Defisiensi vitamin A terbukti
dapat menghambat pemanjangan tulang dan terbentuknya gigi yang sehat.
Karena itu, kecukupan konsumsi vitamin A sangat penting diperhatikan untuk
anak-anak yang sedang mengalami proses pertumbuhan dan perkembangan.
- Memelihara
kesehatan kulit dan rambut. Defisiensi vitamin A dapat menyebabkan kulit
dan rambut menjadi kasar dan kering.
- Mendukung
proses reproduksi. Vitamin A diperlukan dalam produktivitas hormon steroid
(hormon seks) dan proses spermatogenesis (pembentukan sel sperma) yang
sangat vital dalam proses pembuahan sel telur untuk menghasilkan
keturunan. Karena itu, defisiensi vitamin A menyebabkan kemandulan.
2.5.Sumber
Vitamin A
Vitamin A banyak terkandung dalam minyak ikan. Vitamin A1
(retinal), terutama banyak terkandung dalam hati ikan laut. Vitamin A2
(retinol) atau 3-dehidro retinol, terutama terkandung dalam hati ikan tawar.
Vitamin A yang berasal dari minyak ikan, sebagian besar ada dalam bentuk ester.
Vitamin A juga terkandung dalam bahan pangan, seperti
mentega (lemak susu), kuning telur, keju, hati, hijauan dan wortel. Warna hijau tumbuh-tumbuhan merupakan
petunjuk yang baik tingginya kadar karoten. Buah-buahan berwarna merah dan
kuning, seperti cabe merah, wortel, pisang, pepaya, banyak mengandung
provitamin A, ß-karoten. Untuk makanan, biasanya vitamin A terdapat dalam
makanan yang sudah difortifikasi (ditambahkan nilai gizinya).
2.6.Metabolisme
Vitamin A
Vitamin A dan β-karoten diserap dari usus halus dan sebagian besar
disimpan di dalam hati. Bentuk karoten dalam tumbuhan selain β, adalah α, γ-karoten serta kriptosantin. Setelah dilepaskan dari
bahan pangan dalam proses pencernaan, senyawa tersebut diserap oleh usus halus
dengan bantuan asam empedu (pembentukan
micelle).
Vitamin A dan karoten diserap oleh usus dari micelle
secara difusi pasif, kemudian digabungkan dengan kilomikron dan diserap melalui
saluran limfatik, kemudian bergabung dengan saluran darah dan ditransportasikan
ke hati. Di hati, vitamin A digabungkan dengan asam palmitat dan disimpan dalam
bentuk retinil-palmitat. Bila diperlukan oleh sel-sel tubuh, retinil palmitat
diikat oleh protein pengikat retinol (PPR) atau retinol-binding protein (RBP),
yang disintesis dalam hati. Selanjutnya ditransfer ke protein lain, yaitu
“transthyretin” untuk diangkut ke sel-sel jaringan.
Vitamin A yang tidak digunakan oleh sel-sel tubuh diikat
oleh protein pengikat retinol seluler (celluler retinol binding protein),
sebagian diangkut ke hati dan bergabung dengan asam empedu, yang selanjutnya
diekskresikan ke usus halus, kemudian dikeluarkan dari tubuh melalui feses.
Sebagian lagi diangkut ke ginjal dan diekskresikan melalui urine dalam bentuk
asam retinoat.
Karoten
diserap oleh usus seperti halnya vitamin A, sebagian dikonversi menjadi retinol
dan metabolismenya seperti di atas. Sebagian kecil karoten disimpan dalam
jaringan adiposa dan yang tidak digunakan oleh tubuh diekskresikan bersama asam
empedu melalui feses.
Pada diet nabati, di lumen usus, oleh enzim β- karoten 15,15-deoksigenase, β- karoten tersebut dipecah
menjadi retinal (retinaldehid),
yang kemudian direduksi menjadi retinol
oleh enzim retinaldehid
reduktase. Pada diet hewani,
retinol ester dihidrolisis oleh esterase
dari pankreas,
selanjutnya diabsorbsi dalam bentuk retinol, sehingga diperlukan garam empedu.
Proses di atas sangat
terkontrol, sehingga tidak dimungkinkan produksi vitamin A dari karoten
secara berlebihan. Tidak seluruh karoten dapat dikonversi menjadi vitamin A,
sebagian diserap utuh dan masuk ke dalam sirkulasi, hal ini akan digunakan
tubuh sebagai antioksidan. Beberapa hal yang menyebabkan karoten gagal
dikonversi menjadi vitamin A, antara lain
penyerapan tidak sempurna, konversi tidak 100%, salah satu sebab adalah
diantara karoten lolos ke saluran limfe, dan pemecahan yang kurang efisien.
2.7.Defisiesnsi
Vitamin A
Kekurangan vitamin A banyak ditemukan di
beberapa daerah seperti Asia Tenggara, dimana padi yang digiling menjadi beras
(yang mengandung sedikit vitamin A) merupakan makanan pokok. Beberapa penyakit
yang mempengaruhi kemampuan usus dalam menyerap lemak dan vitamin yang larut
dalam lemak, meningkatkan resiko terjadinya kekurangan vitamin A.
Penyakit yang ditimbulkan akibat
kekurangan vitamin A, antara lain :
·
Rabun senja (night blindness)
Tanda-tanda
khas pada mata karena kekurangan vitamin A dimulai dari rabun senja dimana
penglihatan penderita akan menurun pada senja hari bahkan tidak dapat melihat
dilingkungan yang kurang cahaya. Pada tahap ini penglihatan akan membaik dalam
waktu 2-4 hari dengan pemberian kapsul vitamin A yang benar. Bila dibiarkan
dapat berkembang menjadi xerosis konjungtiva. Selaput lendir atau bagian putih
bola mata tampak kering, berkeriput, dan berubah warna menjadi kecoklatan
dengan permukaan terlihat kasar dan kusam. Xerosis konjungtiva akan membaik
dalam 2-3 hari dan kelainan pada mata akan menghilang dalam waktu 2 minggu
dengan pemberian kapsul vitamin A yang benar. Bila tidak ditangani akan tampak
bercak putih seperti busa sabun atau keju yang disebut bercak Bitot terutama di
daerah celah mata sisi luar. Pada keadaan berat akan tampak kekeringan pada
seluruh permukaan konjungtiva atau bagian putih mata, serta konjungtiva tampak
menebal, berlipat-lipat dan berkerut-kerut. Bila tidak segera diberi vitamin A,
dapat terjadi kebutaan dalam waktu yang sangat cepat. Tetapi dengan pemberian
kapsul vitamin A yang benar dan dengan pengobatan yang benar bercak Bitot akan
membaik dalam 2-3 hari dan kelainan pada mata akan menghilang dalam 2 minggu.
Tahap selanjutnya bila tidak ditangani akan terjadi xerosis kornea dimana kekeringan akan berlanjut sampai
kornea atau bagian hitam mata. Kornea tampak suram dan kering dan permukaannya
tampak kasar. Keadaan umum anak biasanya buruk dan mengalami gizi buruk,
menderita penyakit campak, ISPA, diare. Pemberian kapsul vitamin A dan
pengobatan akan menyebabkan keadaan kornea membaik setelah 2-5 hari dan
kelainan mata sembuh setelah 2-3 minggu. Bila tahap ini berlanjut terus dan
tidak segera diobati akan terjadi keratomalasia atau kornea melunak seperti
bubur dan ulserasi kornea atau perlukaan. Selain itu keadaan umum penderita
sangat buruk. Pada tahap ini kornea dapat pecah. Kebutaan yang terjadi bila
sudah mencapai tahap ini tidak bisa disembuhkan. Selanjutnya akan terjadi
jaringan parut pada kornea yang disebut xeroftalmia scars sehingga kornea mata
tampak menjadi putih atau bola mata tampak mengempis.
·
Katarak
Katarak adalah kekeruhan yang terjadi pada sebagian atau
seluruh bagian lensa mata
·
Infeksi
saluran pernapasan
·
Menurunnya
daya tahan tubuh
·
Keratinisasi
(sel epithel kering)
·
Kulit
yang tidak sehat, bersisik dan mengelupas.
·
Penyakit
Seliak
·
Fibrosa
kistik
·
Penyumbatan
saluran empedu.
Pada kekurangan vitamin A, kadar vitamin A dalam darah menurun sampai kurang dari 15 mikrogram/100 mL (kadar normal 20-50 mikrogram/100 mL).
Kelompok
umur yang terutama mudah mengalami kekurangan vitamin A adalah kelompok bayi
usia 6-11 bulan dan kelompok anak balita usia 12-59 bulan (1-5 tahun).
Sedangkan yang lebih beresiko menderita kekurangan vitamin A adalah bayi berat
lahir rendah kurang dari 2,5 kg, anak yang tidak mendapat ASI eksklusif dan
tidak diberi ASI sampai usia 2 tahun, anak yang tidak mendapat makanan
pendamping ASI yang cukup, baik mutu maupun jumlahnya, anak kurang gizi atau di
bawah garis merah pada KMS, anak yang menderita penyakit infeksi (campak,
diare, TBC, pneumonia) dan kecacingan, anak dari keluarga miskin, anak yang
tinggal di dareah dengan sumber vitamin A yang kurang, anak yang tidak pernah
mendapat kapsul vitamin A dan imunisasi di Posyandu maupun Puskesmas, serta
anak yang kurang/jarang makan makanan sumber vitamin A.Kekurangan vitamin A
juga sering terjadi pada ibu nifas. Oleh karena itu pemberian suplemen vitamin
A sangatlah penting. yang bertujuan selain mencegah kebutaan juga menanggulangi
kekurangan vitamin A yang masih cukup tinggi.
Kapsul
vitamin A yang dugunakan dalam kegiatan Suplementasi Vitamin A adalah kapsul
vitamin A dosis tinggi yaitu ,
1. Kapsul
biru (mengandung vitamin A 100.000 SI) diberikan kepada bayi usia 6-11 bulan
sebanyak 1 kali pada bulan Februari atau Agustus
2. Kapsul
merah (mengandung vitamin A 200.000 SI) diberikan kepada anak balita usia 12-59
bulan setiap bulan Februari dan agustus dan kepada ibu nifas (0-42 hari pasca
bersalin) sebnyak 2 kali yaitu; 1 kapsul diberikan segera setelah persalinan
dan 1 kapsul diberikan 24 jam sesudah pemeberian kapsul pertama.
Catatan :
Jika setelah 24 jam ibu nifas
belum memperoleh kapsul vitamin A, maka dapat diberikan pada:
-
Kunjungan nifas yang pertama yaitu 6-48 jama
setelah bersalin
-
Kunjungan nifas yang kedua pada 307 hari
setelah bersalin
-
Kunjungan nifas yang ketiga pada 8-28 hari
setelah bersalin.
Kapsul
vitamin A juga diberikan pada situasi khusus yaitu
1. Kejadian
luar biasa (KLB), diberikan kepada semua anak balita di daerah KLB campak dan
infeksi lainnya, dengan catatan balita di daerah KLB tidak diberikan kapsul
vitamin A bila telah mendapat kapsul vitamin Adalam waktu kurang dari 30 hari
2. Bila
ditemukan kasus xerofphthalmia, campak, diare, ISPA dan gizi buruk maka kapsul
vitamin A diberikan pada
-
Saat ditemukan kasus tersebut diberikan 1
kapsul warna merah atau biru (sesuai umur anak)
-
Satu hari berikutnya diberikan lagi 1 kapsul warna merah atau biru
(sesuai umur anak)
-
Dua minggu berikutnya diberikan lagi 1 kapsul
warna merah atau biru (sesuai umur anak)
3. Kejadian
bencana alam, diberikan 1 kapsul vitamin A kepada seluruh anak balita (6-59
bulan) di daerah bencana alam/pengungsian denngan dosis sesuai umur anak
Cara
memberikan kapsul vitamin A
digunting
ujung kapsul, anak/ibu memebuka mulutnya kemudian pencet kapsul sampai semua
isinya masuk ke dalam mulut anak/ibu.
2.8.Hipervitaminosis Vitamin A
Hipervitaminosis
vitamin A adalah suatu kondisi dimana kadar vitamin A dalam darah atau jaringan
tubuh sangat tinggi sehingga menyebabkan timbulnya gejala-gejala yang tidak
diinginkan. Hipervitaminosis vitamin A ada dua macam yaitu :
b. Hipervitaminosis
akut disebabkan karena pemberian dosis tunggal vitamin A yang sangat tinggi,
atau pemebrian berulang dosis tunggal yang lebih kecil tetapi masih termasuk
dosis besar karena dikonsumsi dalam periode 1-2 hari. Pengobatannya adalah
menghentikan suplementasi vitamin A dan pengobatan simptomatis
c. Hipervitaminosis
kronis yang disebabkan karena mengkonsumsi vitamin a dosis tinggi yang
berulang-ulang dalam jangka waktu beberapa bulan atau beberapa tahun. Keadaan
ini biasanya hanya terjadi pada orang dewasa yang mengatur pengobatannya
sendiri. Pengobatannya adalah dengan menghentikan suplementasi vitamin A dan
pengobatan simptomatis.
Jika seseorang mengkonsumsi
vitamin A dosis tinggi yang melebihi 200.000 SI, maka sebagian besar dari
vitamin A yang berlebihan tersebut dalam bentuk yang tidak berubah akan
dikeluarkan melalui air seni dan tinja dan selebihnya disimpan di hati (A.J.
Sudiaoetama, 1999)
Keracunan
kronis pada anak-anak yang lebih besar. Keracunan vitamin A dapat terjadi pada
bayi dalam beberapa minggu.
Gejala awal dari keracunan kronis adalah:
-
Rambut yang jarang
dan kasar
-
Kerontokan pada
sebagian bulu mata
-
Bibir yang
pecah-pecah
-
Kulit yang kering dan kasar
-
Sakit kepala hebat,
peningkatan tekanan dalam otak dan kelemahan umum terjadi kemudian
-
Pertumbuhan tulang
dan nyeri sendi sering terjadi, terutama pada anak-anak.
-
Hati dan limfa
dapat membesar.
BAB III
PENUTUP
3.1.Simpulan
3.1.1.
Vitamin A adalah Vitamin A merupakan
salah satu jenis vitamin larut dalam lemak yang berperan penting dalam pembentukan
sistem penglihatan yang baik.
3.1.2. Vitamin
A terdiri dari 3 biomolekul aktif, yaitu retinol, retinal (retinaldehyde) dan retinoic
acid
3.1.3. Vitamin A umumnya stabil terhadap
panas, asam, dan alkali, tetapi mempunyai sifat yang mudah teroksidasi oleh
udara dan akan rusak bila dipanaskan pada suhu tinggi bersama udara, sinar dan
lemak yang sudah tengik.
3.1.4. Manfaat dari vitamin A adalah berperan roses penglihatan, mengatur sistem kekebalan tubuh (imunitas),
mencegah kebutaan, menangkal radikal bebas, memicu pertumbuhan, memelihara
kesehatan sel-sel epitel pada saluran pernapasan, membentuk dan memelihara
pertumbuhan tulang dan gigi, memelihara kesehatan kulit dan rambut, dan
mendukung proses reproduksi
3.1.5. Vitamin A banyak terkandung dalam minyak ikan selain itu
juga terkandung dalam bahan pangan, seperti mentega (lemak susu), kuning telur,
keju, hati, hijauan dan wortel.
3.1.6. Vitamin A dan β-karoten diserap
dari usus halus dan sebagian besar disimpan di dalam hati. Bentuk karoten dalam
tumbuhan selain β, adalah α, γ-karoten serta
kriptosantin. Setelah dilepaskan dari bahan pangan dalam proses pencernaan,
senyawa tersebut diserap oleh usus halus dengan bantuan asam empedu (pembentukan micelle).
3.1.7.
Defisiensi
vitamin A dapat menyebabkan rabun senja (night blindness), katarak,
infeksi saluran pernapasan, menurunnya daya tahan tubuh, keratinisasi (sel
epithel kering), kulit yang tidak sehat, bersisik dan mengelupas, penyakit Seliak, fibrosa kistik dan
enyumbatan saluran empedu.
3.1.8. Hipervitaminosis vitamin A suatu
kondisi dimana kadar vitamin A dalam darah atau jaringan tubuh sangat tinggi
sehingga menyebabkan timbulnya gejala-gejala yang tidak diinginkan.
Hipervitaminosis vitamin A ada dua macam hipervitaminosis akut dan kronis
3.2.Saran
Sangatlah diperlukan asupan makanan
yang mengandung vitamin A secara teratur
dan dalam jumlah yang seimbang.
DAFTAR PUSTAKA
Anisa.
2009. “ Vitamin A.”http://blog.konsultasigizi.com/info/all-about-vitamin-a.html
diakses tanggal 31 Mei 2012
Melinda.
2012. " Manfaat Vitamin A. "http://www.melindahospital.
com/modul/user /detail_ artikel . php?id =1694_Manfaat-Vitamin-A
diakses tanggal 31 Mei 2012
Raiza.
2011. “ Kekurangan dan Kelebihan Vitamin http://indonesiaindonesia.com/f/10972-kekurangan-kelebihan-vitamin/
diakses tanggal 31 Mei 2012
Sugiarno.2010.
“Defisiensi Vitamin A.”http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-sugiarnog0-5116-2-bab2.pdf
diakses tanggal 31 Mei 2012
Tatsujin Bao – Tatsujin Bao | Titanium Lines
BalasHapusTatsujin titanium grinder Bao micro titanium trim – Tatsujin Bao. Tatsujin Bao is a bronze titanium cerakote art of ancient art made by Tatsujin. This bronze artwork was discovered ceramic vs titanium by Tatsujin Bao on microtouch titanium August 11th